Secara turun temurun, masyarakat telah mengenal dan menggunakan tanaman obat di kehidupan sehari-hari untuk pengobatan yang diyakini sejalan dengan arahan dari orang tua leluhur. Kajian etnofarmasi menjadi suatu ilmu yang menarik untuk dipelajari karena pengetahuan tersebut terasa dekat dengan kehidupan kita. Hal itu juga yang kemudian mendorong Fakultas Farmasi Universitas Jember (FF UNEJ) menjadikan “etnofarmasi” sebagai salah satu mata kuliah di prodi S1 Farmasi sejak 2005.  FF UNEJ melihat bahwa  Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengeksplorasi penemuan obat baru melalui observasi pengetahuan tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat di daerah-daerah tertentu atau dikenal sebagai studi etnofarmasi.

Pada hari Sabtu, 9 April 2022, FF UNEJ mengundang Dr. Maximus Markus Taek, M.Si., untuk memberikan pengetahuan beliau tentang penelitian etnofarmasi yang telah dilakukannya. Kuliah tamu ini dipandu oleh MC dan diarahkan oleh Dr. apt. Mochammad Amrun Hidayat, S.Si., M.Farm. sebagai moderator. Kegiatan ini sukses digelar dan dihadiri oleh 150 peserta yang berasal dari Fakultas farmasi UNEJ maupun diluar Fakultas Farmasi UNEJ. Untuk mencairkan suasana kegiatan diawali dengan lemparan sapaan hangat oleh pemateri dan moderator kepada peserta yang terlibat. Materi selanjutnya dibuka dengan penguatan akan pentingnya penelitian etnofarmasi pada lingkup riset ilmiah.

Dalam penyampaian materinya, Dr. Maximus Markus Taek, M.Si. mengenalkan secara singkat tentang Suku Tetun. Masyarakat Suku Tetun di Timor Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memiliki beberapa pengetahuan yang bisa dibagikan dalam kajian etnofarmasi, seperti filosofi sehat dan sakit, kondisi lingkungan dan penyakit yang sering dialami, praktik etnomedicine untuk pencegahan dan kuratif malaria, serta penjelasan tentang tanaman-tanaman obat dan penggunaannya dalam ramuan antimalaria yang diyakini oleh Suku Tetun.

Terakhir Dr. apt. Mochammad Amrun Hidayat, S.Si., M.Farm. selaku moderator menyampaikan kalimat dan kesimpulan, yakni penelitian etnofarmasi bukanlah penelitian yang mengekor akan tetapi merupak/an penelitian yang memiliki prinsip. Prinsip tersebut yang nantinya akan membantu dalam penemuan obat-obatan baru kedepannya.

 “Terdapat tata nilai bahwa kita tidak mengekor, kita punya prinsip. Dan bonusnya, apa yang sudah dipegang ketika diperiksa dalam laboratorium, ternyata tanaman dari Suku Tetun benar memiliki aktivitas antiplasmodial”, ujar Dr. apt. Mochammad Amrun Hidayat, S.Si., M.Farm.