Ada yang tidak bisa digambarkan hanya lewat foto atau cerita sepintas – seperti aroma laboratorium industri farmasi yang khas, interaksi hangat dengan pasien di rumah sakit, hingga obrolan ringan sambil menikmati semangkuk es halo-halo di bawah terik matahari musim panasnya Cebu. Itulah sebagian kecil dari pengalaman tak terlupakan selama program student exchange ke University of San Carlos, Filipina, yang berlangsung dari 28 April hingga 5 Mei lalu.

Kami – dua mahasiswa Program Studi S1 Farmasi dari semester 6 dan 8, yaitu Rinad Alamanda Putri dan Cheryl Areta Pasaribu, didampingi satu dosen pendamping, apt. Hery Diar Febryanto, S. Farm., M. Farm. berangkat dengan semangat membawa nama baik kampus dan pulang dengan segudang cerita dan wawasan baru. Selama satu minggu penuh, kami tidak hanya menimba ilmu secara akademis, tetapi juga menyelami praktik kefarmasian lintas budaya yang membuka perspektif baru. Mulai dari mengenal sistem pelayanan kesehatan di Filipina hingga berdiskusi langsung dengan tenaga profesional di bidang farmasi industri, setiap harinya menghadirkan pembelajaran baru yang memperkaya kami sebagai individu dan calon apoteker.

Foto sebelum keberangkatan

Perjalanan kami dimulai dengan mobil fakultas menuju pelabuhan Ketapang, dilanjutkan dengan menyebrang ke Bali dan langsung menuju Bandara Ngurah Rai. Dari sana, kami terbang menggunakan Manila sebelum akhirnya transit ke Cebu. Namun, petualangan dimulai lebih awal dari yang kami duga – pesawat ke Cebu mengalami delay hingga tujuh jam akibat kerusakan teknis. Meski melelahkan, waktu tunggu ini justru membuka peluang untuk berbincang dengan penduduk asli Cebu yang kebetulan juga menunggu penerbangan. Kami tiba Cebu pada dini hari, disambut hangat oleh Sir Florencio Arce Jr. V. dan Miss Micah Areja M. dari School of Healthcare Professions, serta USC Buddies: Sofia, Kristine, dan Louelle yang langsung berbagi cerita seputar sejarah Filipina, termasuk Lapu-Lapu City – kota tempat kami mendarat. Meskipun mata terasa berat, kami masih semangat menyimak kisah penjajahan Spanyol yang ternyata masih meninggalkan jejak kuat hingga hari ini. Misalnya, nama tempat makan yang sering didatangi turis – Sugbo Mercado – merupakan kombinasi pelafalan lama untuk Cebu (Sugbo) dan kata “Mercado” dari bahasa Spanyol yang berarti market atau pasar.

Pukul 8 pagi, kami sudah bersiap memulai kegiatan. Di hari pertama, kami bertemu dengan dosen dan mahasiswa dari Walailak University, Thailand, yang juga tengah mengikuti program exchange selama dua minggu. Bersama mereka, kami menuju University of San Carlos dan memulai pagi dengan perkenalan universitas dan fakultas dari masing-masing delegasi: USC, Walailak University, dan Universitas Jember. Siang harinya, dosen kami menghadiri pertemuan dengan tim dosen USC untuk membahas potensi kolaborasi riset, sementara kami mengikuti tur ke School of Healthcare Professions (SHCP), berkenalan dengan organisasi mahasiswa di SHCP lengkap dengan para student committee yang tengah menjabat, dan melihat langsung dinamika kampus. Kegiatan hari pertama ditutup dengan campus tour bersama seluruh peserta.

Hari kedua kami awali dengan kunjungan ke laboratorium penelitian di Departemen Farmasi SHCP, tempat berbagai proyek ilmiah sedang berlangsung. Salah satu yang menarik perhatian kami adalah riset yang didanai oleh pemerintah Filipina terkait virgin coconut oil (VCO), sebuah komoditas lokal yang melimpah dan memiliki potensi besar dalam bidang farmasi. Tim peneliti menjelaskan proses spray drying yang digunakan dalam formulasi produk, serta metode pengujian disolusi menggunakan kulit babi sebagai media. Penggunaan kulit babi ini menjadi pengalaman baru bagi kami, mengingat di Indonesia—negara dengan mayoritas penduduk Muslim—penggunaan bahan dari babi merupakan hal yang sensitif secara agama. Siang harinya, kami mengikuti kelas tentang strategi pemasaran dalam bidang farmasi yang dipandu oleh mahasiswa USC. Kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan kami soal sisi bisnis farmasi, tetapi juga memberi kesempatan berdiskusi mengenai pemasaran produk farmasi di Indonesia, Filipina, dan Thailand. Sesi hari itu ditutup dengan praktik pembuatan formula nanopartikel, di mana kami berkesempatan menggunakan alat Ultrasonic Nano-Emulsification for Microencapsulation untuk menghasilkan emulsi, serta menganalisis karakteristiknya menggunakan ZetaSizer.

Praktikum nanaoemulsi

Suasana setelah mengikuti kelas marketing

Di hari ketiga, kami mendapat kesempatan istimewa untuk mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh International Society for Pharmaceutical Engineering (ISPE) Student Chapter – Philippines Affiliate bersama seluruh mahasiswa Farmasi dari School of Healthcare Professions (SHCP) USC, dosen-dosen SHCP, serta praktisi dari bidang klinis dan industri. Seminar ini mengangkat tema Cold Chain Management / Vaccine Supply Management, yang sangat relevan dengan tantangan global saat ini dalam distribusi dan ketersediaan vaksin. Kegiatan tidak berhenti di sesi seminar saja—siang harinya kami mengikuti workshop berupa tugas kelompok berupa penyusunan Risk Management Plan yang berfokus pada berbagai aspek manajemen rantai pasok vaksin. Seluruh international delegates, termasuk dosen dan mahasiswa dari Universitas Jember, dibagi dalam kelompok yang berbeda-beda untuk berkolaborasi dengan sesama dosen dan praktisi serta sesama mahasiswa. Workshop ini menjadi ajang pertukaran ide lintas budaya dan latar belakang akademik. Salah satu momen yang membanggakan bagi kami adalah ketika tim yang diikuti oleh Cheryl Areta Pasaribu, salah satu perwakilan mahasiswa dari UNEJ, berhasil masuk dalam Top 5 Risk Management Plan dan bahkan meraih penghargaan Most Innovative Approach Award. Sebuah pencapaian yang bukan hanya membanggakan secara pribadi, tetapi juga membawa nama baik kampus di panggung internasional.

Penyerahan penghargaan pada International Society for Pharmaceutical Engineering (ISPE) Student Chapter – Philippines Affiliate

Hari keempat bertepatan dengan Labour Day, sehingga kegiatan baru dimulai di siang hari. Pagi hari dimanfaatkan untuk jalan-jalan santai bersama USC Buddies sambil menikmati sarapan dengan beberapa menu khas Filipina, salah satunya pancit—sejenis mi goreng khas yang lezat dan mengenyangkan. Setelah itu, kami sempat berkeliling dan membeli oleh-oleh di Atua Midtown dan Alaya Mall. Siangnya, kami mengunjungi Rose Pharmacy, jaringan apotek terbesar di Filipina yang menawarkan wawasan praktis tentang distribusi dan pelayanan farmasi di tingkat ritel. Kegiatan hari itu ditutup dengan pengalaman tak terlupakan menikmati pemandangan spektakuler dari TOPS Lookout—tempat favorit untuk melihat kota Cebu dari ketinggian. Dari sana, kami bisa menyaksikan dua jembatan besar yang menghubungkan pulau Cebu dengan pulau-pulau tetangga, gemerlap lampu kota yang mulai menyala saat senja, serta lanskap pegunungan yang membentang indah di kejauhan, memberikan perspektif baru tentang kekayaan alam dan urbanisasi di Filipina.

Kunjungan ke Rose Pharmacy

Hari kelima kami awali dengan kunjungan ke Vicente Memorial Medical Center, sebuah rumah sakit pemerintah yang menjadi pusat layanan kesehatan utama di Cebu. Di sana, kami berkesempatan melihat langsung lima depo farmasi yang mengatur berbagai layanan spesifik, mulai dari farmasi ruang operasi (OR), gawat darurat (ER), onkologi, neonatal, hingga ginekologi. Salah satu momen menarik adalah ketika kami belajar tentang produksi tabung oksigen di rumah sakit tersebut—sebuah inovasi penting yang muncul karena kekurangan tabung oksigen selama pandemi COVID-19. Kami berkunjung ke fasilitas oxygen plant yang mereka kelola sendiri, menambah wawasan kami tentang produksi dan distribusi oksigen medis.

Kunjunan ke Vicente Memorial Medical Center

Setelah kunjungan tersebut, mahasiswa USC mengadakan farewell party untuk kami. Suasananya hangat dan penuh keakraban – bermain games bersama, berbagi cerita, bertukar souvenirs, dan menciptakan kenangan manis yang tak terlupakan. Malam harinya, kami menikmati waktu santai dengan berjalan-jalan bersama USC Buddies di Sugbo Mercado untuk mencoba makanan khas Filipina, sekaligus berkeliling melihat thrift market. Tak lupa, kami mencicipi boneless bangus, cheesy baked scallops, dan smoothies mangga yang sangat terkenal di Cebu, kuliner yang membuat pengalaman budaya kami semakin lengkap dan berkesan.

Kami sebelum sesi pertukaran budaya

Perjalanan kami di Filipina pun akhirnya tiba di penghujungnya. Kami bertolak dari Cebu melalui Bandara Internasional Mactan–Cebu. Penerbangan kami transit di Singapura, dan di sela waktu menunggu penerbangan lanjutan, kami memanfaatkan kesempatan untuk mengikuti Free Singapore Tour dari Bandara Changi. Dalam tur singkat bertajuk City Sights Tour tersebut, kami diajak mengelilingi beberapa landmark ikonik Singapura, dari Merlion Park hingga Supertrees at Gardens by the Bay, menambah pengalaman baru yang menyenangkan meski hanya dalam waktu terbatas. Setelah itu, kami melanjutkan penerbangan kembali ke Indonesia, membawa pulang cerita, pelajaran, dan persahabatan yang tak akan terlupakan dari perjalanan ini.

Isi hidupmu dengan pengalaman, bukan benda.

Memiliki cerita untuk diceritakan, bukan hal untuk ditampilkan.