Dalam rangka Dies Natalis ke-18, Fakultas Farmasi Universitas Jember bersama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu melangsungkan Webinar Nasional dengan tema “Agropharmacy Concept through the Exploration of Natural Bioactive Products in Sustainable Agriculture Community”. Kegiatan ini diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube milik Fakultas Farmasi UNEJ pada Minggu, 22 Agustus 2021 pukul 08.30-12.30 WIB. Acara dipandu dan dilanjutkan oleh apt. Moch. Amrun Hidayat, M. Farm sebagai moderator.
Topik pertama pada webinar ini adalah “Bioprospeksi Ragam Tumbuhan Berbasis Pengobatan Tradisional Indonesia” oleh Dr. Sari Hariyanti, M. Sc. yang merupakan peneliti di B2P2TOOT Tawangmangu. Sebagai pembuka topik pertama, Dr. Sari Haryati, M.Sc. mengawalinya dengan memaparkan secara singkat mengenai sejarah berdirinya B2P2TOOT. Pada awalnya, B2P2TOOT berasal dari sebuah kebun koleksi tanaman obat yang dirintis oleh R.M. Santoso Soerjokoesoemo, kemudian pada April 1948 mulai dikelola secara resmi oleh pemerintah di bawah Lembaga Eijkman dengan nama “Hortus Medicus Tawangmangu”. Berselang 30 tahun, tepatnya pada 28 April 1978, tempat ini bertransformasi menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat di bawah naungan Badan Litbangkes Departemen Kesehatan. Namun, terhitung sejak tahun 2006, tempat ini berubah nama menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional yang dikenal hingga saat ini.
Dr. Sari Haryati, M.Sc. juga menyampaikan bahwa bioprospeksi memiliki keterkaitan erat dengan agrofarmasi, yaitu dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati berdasarkan kearifan lokal dengan memperhatikan keberadaannya di alam. Bioprospeksi atau biodiversity prospecting merupakan kegiatan eksplorasi keragaman hayati secara sistematis melalui berbagai riset. Kegiatan ini dilakukan dengan kesadaran penuh dalam meminimalisasi kerusakan alam. Dr. Sari Haryati, M.Sc. juga menambahkan bahwa upaya konservasi ini merupakan tugas besar bagi agrofarmasi. Karena dalam prakteknya kerap kali ditemui berbagai ancaman dalam kegiatan ini. Salah satu kasus yang pernah menimpa Indonesia adalah praktek biopiracy oleh Shiseido Corporation, perusahaan kosmetik dan perawatan kulit miliki Jepang. Biopiracy merupakan bentuk pemanfaatan ilegal atas sumber daya genetik serta pengetahuan tradisional yang menyertainya. Perusahaan tersebut diketahui melakukan klaim atas 35 jenis tumbuhan obat Indonesia sebagai paten mereka. Hal ini membuat Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia dan pemerintah bereaksi dengan melakukan boikot produk perusahaan tersebut. Aksi ini ditanggapi oleh pihak Shiseido dengan membatalkan paten tersebut.
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi “Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat pada Etnis Madura” oleh apt. Siti Muslichah, M. Sc yang merupakan Dosen Fakultas Farmasi Universitas Jember pada Bidang Biologi Farmasi.
Dalam presentasinya, apt. Siti Muslichah, M. Sc menyampaikan bagaimana kini etnomedisin yang merupakan studi atau perbandingan pengobatan tradisional dari suatu kelompok masyarakat dapat mendongkrak tren riset yang menggunakan tumbuhan herbal sebagai terapi pemeliharaan kesehatan. Hal ini dikarenakan adanya keyakinan dari banyak kelompok masyarakat yang menganggap bahwa pengembangan obat herbal dinilai aman.
Etnomedisin di Indonesia sangat berpotensi untuk berkembang lebih baik karena kaya akan kearifan lokal dan sumber daya hayati. Selain itu, masyarakat juga telah familiar dengan pengobatan tradisional dari kebiasaan minum jamu yang erat kaitannya dengan warisan budaya secara turun-temurun. Masyarakat Madura juga mengadopsi keyakinan ini dan menjadikan ramuan tradisional sebagai upaya untuk memelihara kesehatan tubuhnya.
Kesohoran ramuan yang dihasilkan di Madura dari generasi ke generasi bahkan telah menembus pasar internasional. Akan tetapi, dalam pengembangannya ditemui beberapa hambatan seperti urusan perizinan. Hal ini dikarenakan terdapat paradigma dalam kelompok masyarakat yang menganggap pengurusan izin obat dan jamu cenderung rumit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Racikan jamu herbal yang ditemui di Madura terdiri dari berbagai jenis, termasuk ramuan untuk perawatan pra dan pasca persalinan, penambah stamina, perawatan kecantikan, dan lain-lain. Pada kesempatan webinar ini, apt. Siti Muslichah, M. Sc mengakhirinya dengan penjelasan singkat terkait cara memperoleh bahan baku ramuan di kelompok masyarakat Madura, jenis tanaman yang digunakan, prosedur pembuatan jamu, berbagai bentuk sediaan jamu yang tersedia, serta analisis etnobotani secara kuantitatif.
Kegiatan webinar yang menjadi salah satu rangkaian acara untuk memeriahkan Dies Natalis Fakultas Farmasi Universitas Jember ini berjalan dengan lancar karena adanya antusiasme yang tinggi dari peserta. Penyelenggaraan webinar ini mendapatkan apresiasi, dukungan, dan partisipasi dari banyak pihak serta memberikan wawasan baru bagi peserta webinar. Oleh karena itu, diharapkan kedepannya Fakultas Farmasi Universitas Jember dapat mengadakan seri webinar lain agar dapat menambah ilmu baru bagi peserta sebagai perwujudan dari salah satu peran “9 stars of Pharmacist” yaitu long-life learner.