by Arini & Regita

Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Namun, kebanyakan masyarakat menggunakan antibiotik sebagai “Obat Ampuh” untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang dialami. Tentu fenomena yang berkembang dikalangan masyarakat ini dilatarbelakangi oleh minimnya pengetahuan yang dimiliki terkait penggunaan antibiotik secara baik dan benar.

Dilansir dari http://www.depkes.go.id menyatakan bahwa telah ditemukan 30-80% penggunaan antibiotik yang tidak sesuai berdasarkan indikasi, hal ini dapat mendorong terjadinya resistensi antibiotika yang dapat menimbulkan masalah seperti: meningkatnya angka kesakitan dan menyebabkan kematian, meningkatnya biaya dan lama perawatan, serta meningkatnya efek samping dari penggunaan obat ganda dan dosis tinggi. Fakta tersebutlah yang akhirnya semakin menggerakkan hati seorang Ema Rachmawati, S.Farm.,M.Sc.,Apt., yaitu salah satu dosen Fakultas Farmasi Universitas Jember untuk terjun langsung ke masyarakat guna mengatasi persepsi yang “Keliru”.

Pengabdian pada tanggal 5 dan 12 November 2017 yang dilakukan oleh Bu Ema kali ini dibantu oleh Bu Ika Puspita Dewi, S.Farm.,M.Biomed.,Apt., Bu Solihatus Salamah, A.md., serta beberapa mahasiswa didikan beliau yang bertempat di Desa Mangli Kabupaten Jember. Lokasi tersebut dirasa sejalan dengan tema pengabdian yang diangkat yaitu “Upaya Peningkatan Peran PKK Dan Posyandu Sebagai Kader Peduli Antibiotik Melalui Kegiatan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang)” karena di desa tersebut masyarakatnya kebanyakan berasal dari kalangan menengah kebawah dan pendidikan yang dienyam masih rendah, sehingga selain mengandalkan pengetahuan sendiri terkait antibiotik, mereka juga mengandalkan informasi dari orang-orang yang lebih terpercaya, dalam hal ini peran tersebut akan diambil oleh kalangan ibu-ibu PKK dan Posyandu. Kedua target kader tersebut dirasa sangat strategis oleh Bu Ema, pasalnya ibu-ibu cenderung memiliki kemampuan yang besar dan sifat mudah belajar yang tinggi, sehingga mampu menularkan ilmu yang diperoleh ke keluarga dan orang-orang terdekatnya, pada akhirnya diharapkan dapat tercipta masyarakat yang sadar dalam menggunakan antibiotik secara baik dan rasional melalui kegiatan DAGUSIBU.

Tentu saat melalakukan penyuluhan Bu Ema dan timnya menemui beberapa kendala, diantaranya kegiatan penyuluhan yang dimulai tidak sesuai dengan perkiraan waktu awal dan banyak ibu-ibu yang membawa serta anaknya, sehingga solusinya materi-materi yang disampaikan diberikan secara ringan, singkat dan jelas agar suasana yang tercipta tetap kondusif. Meskipun begitu, respon dari ibu-ibu setempat dapat dikatakan cukup baik, mengingat banyaknya pertanyaan yang disampaikan saat atau setelah selesainya acara penyuluhan. Selain itu untuk menambah antusias dari pendengar, Bu Ema juga memberikan dorprize kepada ibu-ibu yang sudah berani menjawab pertanyaan singkat terkait materi yang sudah disampaikan. Tidak lupa juga dilakukan kegiatan pretest dan postest untuk mengetahui bertambah atau tidaknya pemahamaan dari ibu-ibu setelah dilakukan kegiatan penyuluhan mengenai antibiotik tersebut.

Pada akhirnya Bu Ema berharap dari kegiatan pengabdian ini akan mendatangkan manfaat dan perubahan besar dalam menggunakan antibiotik yang lebih baik lagi melalui pengaplikasian DAGUSIBU. Adapun pesan yang disampaikan oleh Bu Ika adalah bahwa seluruh mahasiswa Farmasi hendaknya tidak enggan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan ke lingkungan masyarakat agar sama-sama mendapatkan manfaatnya.

Suasana Kegiatan Penyuluhan

Bu Ema dan Tim